1. Pengertian IQ dan ESQ
Menurut Ginanjar (2003) IQ (intelligence Quotient) merupakan suatu kecerdasan yang berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan suatu yang tampak dan penguasaan matematik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu menghitung, belajar aljabar, mengoperasikan komputer, belajar bahasa asing, memahami rumus-rumus fisika, maupun melakukan perhitungan yang rumit sekalipun.
Menurut Ginanjar (2003), kecerdasan emosioanal merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan untuk menguasai diri untuk tetap dapat mengambil keputusan dengan tenang. Kecerdasan ini cenderung berperan dalam hubungan antara individu yang satu dengan yang lain. Hal ini berkaitan bagaimana mereka saling berbicara dengan menghormati lawan bicara, bagaimana harus bergaul, bagaimana menyayangi orang lain, mencintai, dan mengungkapkan persaan hati.
SQ (Spiritual Qoutient) atau kecerdasan spiritual merupakan temuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna , yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat dikatakan di dalam kecerdasan spiritual inilah terdapat fitrah manusia sebenarnya.
Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient), dan kecerdasan emosi (Emotional Quotient) merupakan kunci-kunci kesuksesan yang betul-betul mendasar pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Namun,perlu dicatat secara jelas bahwa kedua konsep itu memiliki kelemahan yang signifikan dalam mengaktualkan potensi dasar otak manusia. Ukuran Intelligence Quotient (IQ) memiliki kelemahan dalam hal pemberian peluang bagi nuansa-nuansa emosional, seperti empati, motivasi diri, pengendalian diri, dan kerja sama sosial. Emotional Quotient (EQ), sebagaimana juga ditemui pada konsep IQ, selalu menepikan peranan aspek spiritual(SQ) dalam mendorong kesuksesan. Ketulusan , integritas, tanpa pamrih, rendah hati, dan orientasi kebajikan sosial adalah beberapa hal penting dari kehidupan spiritual yang memberi kepuasan total bila seseorang sukses. Aspek-aspek spiritual itu tidak hanya membuat seseorang sukses tetapi juga bahagia
2. Keseimbangan IQ dan ESQ dalam sistem pembelajaran
Saat ini telah diketahui bahwa otak menyediakan komponen anatomisnya untuk aspek rasional (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Ini artinya, secara kodrati, manusia telah disiapkan sedemikian rupa untuk merespons segala macam hal dengan tiga apek tersebut. Dalam satu kepala, memang ada tiga pikiran : rasional, emosional-intuitif, dan spiritual. Melalui tiga pikiran ini manusia mampu mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu sosial.
Selama ini kita hanya diperkenalkan dengan IQ sebagai standar pertama dan utama kecerdasan siswa. Hal itu terbukti dengan jam belajar yang tidak seimbang antara materi berbasis IQ dan ESQ, seperti lebih dominannya materi IQ dibandingkan dengan ESQ. Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh bahwa di sekolah-sekolah, materi pembelajaran seperti sains atau pembelajaran yang lebih mengedepankan logika selalu diberikan jam belajar yang lebih banyak, antara 4-5 jam setiap minggu. Sedangkan materi pembelajaran seperti Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama hanya deberikan waktu sekitar 2 jam setiap minggu.
Dari kondisi tersebut terlihat adanya ketidakseimbangan antara materi IQ dan ESQ dalam pembelajaran di sekolah. Padahal materi yang berbasis IQ dan ESQ merupakan suatu kesatuan yang berkaitan dan keduanya mempunyai keunggulan yang harus sama-sama diperhatikan demi terbentuknya individu yang berkualitas baik dari sisi intelektual, emosional, maupun spiritualnya.
3. Dampak yang terjadi jika tidak ada keseimbangan antara IQ dan ESQ
IQ dan ESQ sebenarnya adalah suatu kesatuan. Keduanya tidak dapat ditinggalkan dan dilupakan dari kehidupan kita. Keduanya memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi dan mendukung kesuksesan belajar seorang siswa. Kecerdasan intelektual (IQ) mencakup unsur logis(matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa), kecerdasan emotional dan spiritual mencangkup unsur interpersonal dan intrapersonal serta bagaimana mengkhayati dan mengabdikan diri untuk beribadah kepada khalik (sang pencipta).Jika kedua kecerdasan di atas (IQ dan ESQ) tidak dapat seimbang, maka kemungkinan akan timbul berbagai masalah, baik masalah ekonomi ataupun masalah moral.
Saat ini sudah tampak terlihat di negara kita bahwasannya krisis moral atau buta hati sudah terjadi di mana-mana. Baik di kalangan masyarakat maupun pejabat tinggi negara. Banyak dari mereka memiliki tingkat intelegensi yang baik, prestasi yang unggul dan berada dalam lingkungan yang terhormat namun memiliki moral yang sangat buruk. Hal ini membuktikan bahwa tingkat intelektual saja tidak akan mendukung kesuksesan seseorang karena seseorang dengan tingkat intelektual tinggi namun memiliki moral yang buruk tidak aakaan berhasil dalam hidupnya. Untuk itu maka perlu adanya pendidikan yang mengedepankan IQ maupun ESQ, sehingga bukan hanya intelektualnya yang dapat berkembang dengan baik namun juga moral dan kepribadiannya berkembang dengan baik pula.
4. Solusi menyeimbangkan materi berbasis IQ dan ESQ
1) Penambahan jam pembelajaran pada materi yang mendukung pembentukan karakter seperti kewarganegaraan dan pelajaran agama dengan mengurangi proses pembelajaran teoritis seperti pelajaran matematika dan sains. Sehingga materi pembelajaran tidak hanya dominan pada intelektual siswa tapi juga mengedepankan emosional dan spriritual siswa.
2) Sistem evaluasi akhir yang berbasis kompetensi ESQ. Evaluasi hendaknya tidak sebatas ujian tertulis semata, tetapi perilaku dan etika keseharian seharusnya menjadi tolak ukur lulus-tidak lulusnya seorang peserta didik. Jadi siswa tidak hanya dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi saja, tapi juga siswa dapat mengasah emosional dan spritualnya sehingga pada akhirnya siswa dapat mempunyai akhlak dan mental yang berkualitas.
3) Mengintegrasikan pendidikan ESQ ke semua materi pembelajaran termasuk pelajaran sains, sehingga tidak berpusat pada aspek kognitif saja sehingga siswa mempunyai pendidikan baik intelektualnya, emosional maupun spiritualnya.
4) Mengembalikan fungsi fasilitas ibadah di lingkup akademik, sehingga pelajaran agama tidak sekedar bernilai teoritis tapi juga langsung dipraktekan sehingga siswa dapat lebih memahami apa yang ia pelajari.
Referensi :
+ Soenaryo, E. 2008. Sekolah Hanya Fokus IQ, EQ dan SQ Terlewatkan, (online), (http://www.koranpendidikan.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=231)
+ Dryden, Gordon. 2000. Revolusi cara belajar I. Bandung : Mizan pustaka
+ Zuhdi, A. 2010. Etika Pendidikan : (Pembentukan kecerdasan Spiritual), (online), (http://zuhdifirdaus.wordpress.com)
+ Pambudi,Wasis.2006. Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) pada pokok Bahasan tata Surya kelas X Semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang tahun Ajaran 2005/2006 untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa. Skripsi.Semarang: FMIPA UNS.
+ Ginanjar, Ary. 2003. ESQ Power. Jakarta: Arga
+ Mayyadah.2009. Pendidikan berbasis ESQ Sebuah Solusi Dekadensi Moral Bangsa. (online), (http://www.4shared.com)
-tugas jaman edo-
12.6.12
Continue reading IQ dan ESQ dalam pendidikan
Menurut Ginanjar (2003) IQ (intelligence Quotient) merupakan suatu kecerdasan yang berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan suatu yang tampak dan penguasaan matematik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu menghitung, belajar aljabar, mengoperasikan komputer, belajar bahasa asing, memahami rumus-rumus fisika, maupun melakukan perhitungan yang rumit sekalipun.
Menurut Ginanjar (2003), kecerdasan emosioanal merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan untuk menguasai diri untuk tetap dapat mengambil keputusan dengan tenang. Kecerdasan ini cenderung berperan dalam hubungan antara individu yang satu dengan yang lain. Hal ini berkaitan bagaimana mereka saling berbicara dengan menghormati lawan bicara, bagaimana harus bergaul, bagaimana menyayangi orang lain, mencintai, dan mengungkapkan persaan hati.
SQ (Spiritual Qoutient) atau kecerdasan spiritual merupakan temuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna , yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat dikatakan di dalam kecerdasan spiritual inilah terdapat fitrah manusia sebenarnya.
Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient), dan kecerdasan emosi (Emotional Quotient) merupakan kunci-kunci kesuksesan yang betul-betul mendasar pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Namun,perlu dicatat secara jelas bahwa kedua konsep itu memiliki kelemahan yang signifikan dalam mengaktualkan potensi dasar otak manusia. Ukuran Intelligence Quotient (IQ) memiliki kelemahan dalam hal pemberian peluang bagi nuansa-nuansa emosional, seperti empati, motivasi diri, pengendalian diri, dan kerja sama sosial. Emotional Quotient (EQ), sebagaimana juga ditemui pada konsep IQ, selalu menepikan peranan aspek spiritual(SQ) dalam mendorong kesuksesan. Ketulusan , integritas, tanpa pamrih, rendah hati, dan orientasi kebajikan sosial adalah beberapa hal penting dari kehidupan spiritual yang memberi kepuasan total bila seseorang sukses. Aspek-aspek spiritual itu tidak hanya membuat seseorang sukses tetapi juga bahagia
2. Keseimbangan IQ dan ESQ dalam sistem pembelajaran
Saat ini telah diketahui bahwa otak menyediakan komponen anatomisnya untuk aspek rasional (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Ini artinya, secara kodrati, manusia telah disiapkan sedemikian rupa untuk merespons segala macam hal dengan tiga apek tersebut. Dalam satu kepala, memang ada tiga pikiran : rasional, emosional-intuitif, dan spiritual. Melalui tiga pikiran ini manusia mampu mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu sosial.
Selama ini kita hanya diperkenalkan dengan IQ sebagai standar pertama dan utama kecerdasan siswa. Hal itu terbukti dengan jam belajar yang tidak seimbang antara materi berbasis IQ dan ESQ, seperti lebih dominannya materi IQ dibandingkan dengan ESQ. Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh bahwa di sekolah-sekolah, materi pembelajaran seperti sains atau pembelajaran yang lebih mengedepankan logika selalu diberikan jam belajar yang lebih banyak, antara 4-5 jam setiap minggu. Sedangkan materi pembelajaran seperti Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama hanya deberikan waktu sekitar 2 jam setiap minggu.
Dari kondisi tersebut terlihat adanya ketidakseimbangan antara materi IQ dan ESQ dalam pembelajaran di sekolah. Padahal materi yang berbasis IQ dan ESQ merupakan suatu kesatuan yang berkaitan dan keduanya mempunyai keunggulan yang harus sama-sama diperhatikan demi terbentuknya individu yang berkualitas baik dari sisi intelektual, emosional, maupun spiritualnya.
3. Dampak yang terjadi jika tidak ada keseimbangan antara IQ dan ESQ
IQ dan ESQ sebenarnya adalah suatu kesatuan. Keduanya tidak dapat ditinggalkan dan dilupakan dari kehidupan kita. Keduanya memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi dan mendukung kesuksesan belajar seorang siswa. Kecerdasan intelektual (IQ) mencakup unsur logis(matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa), kecerdasan emotional dan spiritual mencangkup unsur interpersonal dan intrapersonal serta bagaimana mengkhayati dan mengabdikan diri untuk beribadah kepada khalik (sang pencipta).Jika kedua kecerdasan di atas (IQ dan ESQ) tidak dapat seimbang, maka kemungkinan akan timbul berbagai masalah, baik masalah ekonomi ataupun masalah moral.
Saat ini sudah tampak terlihat di negara kita bahwasannya krisis moral atau buta hati sudah terjadi di mana-mana. Baik di kalangan masyarakat maupun pejabat tinggi negara. Banyak dari mereka memiliki tingkat intelegensi yang baik, prestasi yang unggul dan berada dalam lingkungan yang terhormat namun memiliki moral yang sangat buruk. Hal ini membuktikan bahwa tingkat intelektual saja tidak akan mendukung kesuksesan seseorang karena seseorang dengan tingkat intelektual tinggi namun memiliki moral yang buruk tidak aakaan berhasil dalam hidupnya. Untuk itu maka perlu adanya pendidikan yang mengedepankan IQ maupun ESQ, sehingga bukan hanya intelektualnya yang dapat berkembang dengan baik namun juga moral dan kepribadiannya berkembang dengan baik pula.
4. Solusi menyeimbangkan materi berbasis IQ dan ESQ
1) Penambahan jam pembelajaran pada materi yang mendukung pembentukan karakter seperti kewarganegaraan dan pelajaran agama dengan mengurangi proses pembelajaran teoritis seperti pelajaran matematika dan sains. Sehingga materi pembelajaran tidak hanya dominan pada intelektual siswa tapi juga mengedepankan emosional dan spriritual siswa.
2) Sistem evaluasi akhir yang berbasis kompetensi ESQ. Evaluasi hendaknya tidak sebatas ujian tertulis semata, tetapi perilaku dan etika keseharian seharusnya menjadi tolak ukur lulus-tidak lulusnya seorang peserta didik. Jadi siswa tidak hanya dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi saja, tapi juga siswa dapat mengasah emosional dan spritualnya sehingga pada akhirnya siswa dapat mempunyai akhlak dan mental yang berkualitas.
3) Mengintegrasikan pendidikan ESQ ke semua materi pembelajaran termasuk pelajaran sains, sehingga tidak berpusat pada aspek kognitif saja sehingga siswa mempunyai pendidikan baik intelektualnya, emosional maupun spiritualnya.
4) Mengembalikan fungsi fasilitas ibadah di lingkup akademik, sehingga pelajaran agama tidak sekedar bernilai teoritis tapi juga langsung dipraktekan sehingga siswa dapat lebih memahami apa yang ia pelajari.
Referensi :
+ Soenaryo, E. 2008. Sekolah Hanya Fokus IQ, EQ dan SQ Terlewatkan, (online), (http://www.koranpendidikan.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=231)
+ Dryden, Gordon. 2000. Revolusi cara belajar I. Bandung : Mizan pustaka
+ Zuhdi, A. 2010. Etika Pendidikan : (Pembentukan kecerdasan Spiritual), (online), (http://zuhdifirdaus.wordpress.com)
+ Pambudi,Wasis.2006. Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) pada pokok Bahasan tata Surya kelas X Semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang tahun Ajaran 2005/2006 untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa. Skripsi.Semarang: FMIPA UNS.
+ Ginanjar, Ary. 2003. ESQ Power. Jakarta: Arga
+ Mayyadah.2009. Pendidikan berbasis ESQ Sebuah Solusi Dekadensi Moral Bangsa. (online), (http://www.4shared.com)
-tugas jaman edo-
12.6.12