Sunday, November 15, 2015

Menyerah tak berarti kalah


Menyerah...
Sebuah kata yang memiliki makna negatif.  Kata ini selalu dihindari dan sebisa mungkin tidak dimiliki.
Orang beranggapan bahwa menyerah tanda kurang berusaha. Menyerah tanda bahwa apa yang kamu lakukan tidak sungguh-sunggu. Menyerah tanda kalah sebelum berperang.

Tapi..
Tahukah kamu bahwa terkadang menyerah bukan bermakna bahwa kita berhenti mengusahakan tapi kadang justru menyerah berarti tahu kapasitas diri.


Ada sebuah ilustrasi tentang seorang penambang berlian yang menambang berlian di gua. Orang itu menyerah ditengah jalan karena merasa sia-sia tidak mendapatkan apa-apa padahal sebenarnya berlian sudah dekat didepan mata. Dan orang itu menyerah. 

Apakah dia salah? Tidak
Apakah dia bodoh? Tidak

Sudah sepantasnya dia menyerah jika memang dia sudah sangat lelah dan tidak bahagia. Kenapa?
Karena dia pantas bahagia dengan hidupnya.

Terkadang melepaskan bukan berarti kehilangan tapi melepaskan adalah salah satu cara menghargai diri sendiri dan membahagiakan diri sendiri. Untuk apa terus bertahan jika tidak bisa membuat bahagia.

Begitupun dengan penambang itu. Dia menyerah karena dia ingin bahagia dan sudah terlalu lelah untuk hal yang tidak ia ketahui kapan akan berakhir. Jangan salahkan orang yang lelah berjuang. Mungkin ada yang bilang cemen, pengecut, loser dll. Tapi pernahkah kamu berada dititik itu. Titik dimana kamu merasa apa yang kamu perjuangan tidak akan pernah berhasil. Titik dimana kamu merasa tertekan. Titik dimana apa yang kamu jalani hanya kamuflase dan kamu semakin menjadi munafik dengan semua topeng semu. 

Intinya kamu pantas bahagia dengan semua pilihanmu. Hidup hanya sekali kan. Jika perjuanganmu membuatmu bahagia meski terkadang lelah, teruskan. Tapi jika perjuanganmu hanya membawamu pada sisi gelap yang lambat laun membuatmu kehilangan sisi manusia. Menyerahlah.

Begitupun dengan penambang itu. 
Kita tidak tahu apa yang sudah dikorbankan penambang itu hingga titik dimana ia akhirnya memutuskan menyerah. Mungkin kita (orang yang tahu bahwa berlian sudah ada di dekatnya) akan berkata 'sayang sekali, kurang sedikit padahal' Tapi apa yang kita rasakan berbeda dengan penambang yang tidak tahu keberadaan berlian itu. Hidup itu misteri dan setiap keputusan akan membawa pada cerita lainnya. Mungkin penambang itu kehilangan berlian tapi kita juga tidak tahu apa yang akan menunggunya saat keluar dari gua. Jangan memandang dari satu sisi.

Saya bukan pendukung 'menyerah diawal'. Saya hanya merasa menyerah itu sah-sah saja. Menyerah boleh jika pada akhirnya kita merasa apa yang kita perjuangkan itu sia-sia. Apa yang kita perjuangkan itu tidak membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Buat apa kita berjuang jika apa yang kita korbankan tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan.
Dalam kasus penambang, bahagia bukan tentang mendapat berlian saja.

Mungkin pikiran saya ini aneh tapi setiap manusia kan emang punya pola pikir sendiri. Setiap orang berhak memilih, menyerah atau berjuang. Satu yang pasti, tujuan akhir dari pilihan adalah bahagia.



Menyerahlah jika apa yang kamu perjuangkan hanya membuatmu merasa tersiksa. Hidup terlalu berharga untuk perjuangan yang tak bernilai. Jika kamu menyerah, bukan berarti gagal. Ingat, masih ada Sang pemilik skenario hidup. Mungkin jalan untuk mendapatkan yang terbaik harus dilewati dengan berliku-liku seperti berjuang, menyerah dan menemukan harapan baru.

Berjuang  dan menyerah adalah dua kata bertolak belakang namun memiliki banyak arti dalam hidup. Berjuanglah dan menyerahlah untuk bahagia.
Karena manusia pantas bahagia.

Hidup itu pilihan. Berjuang atau menyerah, itu pilihan setiap orang. Yang pasti pilihlah pilihan yang membuatmu bahagia.



Selamat malam :)


-Hoshiora-













Continue reading Menyerah tak berarti kalah

Tuesday, November 10, 2015

Sebuah Topeng tentang Hidup


"Karena dibalik setiap tawa ada tangis yang terpendam"

Itu quote dapet dari hasil scroll berbagai sosial media yang entah apa. Intinya sih aku setuju banget.

Ada manusia yang selalu tertawa hanya untuk menyembunyikan tangisnya. Ada!
Ada manusia yang nampak bahagia namun sebenarnya dia memiliki luka mendalam. Ada!
Ada manusia yang berpura-pura kuat namun sebenarnya dialah orang yang paling rapuh. Ada!
Ada banyak manusia yang memakai topeng disekeliling kita.

Munafik? Bukan!

Mereka hanya mencoba bertahan diantara gempuran realita yang mencekik.
Mereka hanya berusaha untuk terus hidup diantara ketandusan yang nyata.
Mereka, iya, mereka hanya mencoba untuk hidup.

Karena semakin manusia beranjak dewasa, mereka akhirnya mengerti, bahwa kadang diperlukan topeng untuk bisa terus bertahan.

Tapi pada akhirnya nanti, mereka akan menemukan satu jiwa yang bisa membuat mereka melepaskan topengnya.

Akan ada jiwa yang siap menghapus airmata yang keluar.
Akan ada jiwa yang siap menjadi obat dari segala luka.
Akan ada jiwa yang siap menjadi sandaran untuk menguatkan.

Iya, akan ada saat ketika semua itu datang.

Dan saat ia datang. Hidupmu akan terasa lapang tanpa ada kepura-puraan lagi.






-hoshiora-


Continue reading Sebuah Topeng tentang Hidup