Saturday, January 26, 2013

Hubungan Sekolah Dan Masyarakat

1) Pengertian sekolah dan masyarakat
       Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu dan mendapatkan pendidikan formal. Menurut Purwanto (1990) Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. Jadi, seorang anggota masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dalam bidang pendidikan dari sekolah. Seorang anggota masyarakat yang menginjakkan kaki di sekolah pasti berharap untuk mendapatkan pelayanan dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyahardjo, 2001)
       Di dalam pendidikan yang berlangsung di sekolah akan terjadi proses belajar dan pembelajaran. Menurut Dimyati (1994) Belajar adalah kegiatan individu memeperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Sedangkan pembelajaran adalah subjek (guru) yang mengajar atau membelajarkan siswa.
       Menurut Pribadi (1987), pendidikan memiliki beberapa tujuan, yaitu :
a) Tujuan umum pendidikan
b) Tujuan khusus pendidikan (yaitu pengkhususan dari pada tujuan umum tersebut, yaitu tujuan yang dirumuskan berhubungan dengan situasi dan pandanngan hidup suatu masyarakat tertentu, misalnya tujuan pendidikan atas dasar filsafat hidup Pancasila
c) Tujuan insidentil, yaitu tujuan yang tidak selalu jelas hubungannya dengan tujuan umum yang ingin dicapai, misalnya mengajak anak-anak makan bersama, disini jika dicari apa hubungannya dengan tujuan umum pendidikan, pasti ada
d) Tujuan sementara, yaitu tujuan yang bertalian dengan perkembangan anak, dimulai dari masa bayi sampai anak itu menjadi dewasa, misalnya anak waktu bayi diurus dan diasuh dengan segala kemesraan dan kecermatan oleh ibunya demi tercapainya tujuan akhir pendidikan, secara tahap demi tahap.
e) Tujuan tak lengkap, artinya tujuan yang meliputi berbagai aspek dari seluruh kepribadian seutuhnya, seperti tujuan pendidikan jasmani, tujuan pendidikan intelektual, tujuan pendidikan watak, pendidikan kemauan, pendidikan religious, dan sebagainya.
f) Tujuan intermidier, artinya tujuan yang terpotong-potong, yang lebih menitik-beratkan pelaksanaan teknisnya, tanpa dihubungkan dengan tujuan umum pendidikan, sehingga melibatkan berbagai pemikiran filsafi. Misalnya tujuan suatu unit pokok bahasa di dalam kelas mengenai satu matapelajaran.

       Masyarakat adalah lingkungan sosial (Purwanto,1990). Pengertian lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi orang lain itu sendiri, termasuk cara pergaulan, adat-istiadat, agama dan kepercayaan. Masyarakat atau lingkungan sosial yang menjadi fokus hubungan sekolah dan masyarakat adalah lingkungan sosial yang mencakup manusia dan kebudayaannya.
       Menurut Dr. Siswojo dalam buku Administrasi dan Supervisi Pendidikan karangan Purwanto (1990), isi lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu :
1. Fisik, teknologi, dan sumber manusia
2. Sistem hubungan keluarga dan masyarakat
3. Jaringan-jaringan organisasi
4. Cara-cara berpikir, kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada dan dianut oleh masyarakat.

       Untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka hubungan sekolah dan masyarakat dengan lebih efektif, maka pihak sekolah perlu mempelajari dan memahami keempat isi lingkungan sosial tersebut yang ada di dalam masyarakat lingkungan sekolah sekitarnya. Jadi, masyarakat dan sekolah mempunyai hubungan yang khusus dan tidak dapat berdiri sendiri. Sekolah memerlukan dukungan masyarakat dalam perkembangannya, masayarakat sendiri memerlukan sekolah untuk mendapatkan pendidikan.
       Menurut Soetopo dan Soemanto dalam buku manajemen Pendidikan karangan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia(2008), Hubungan sekolah dan Masyarakat diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah.

2) Peran sekolah dalam lingkungan masyarakat
       Pembentukan keperibadian tiap individu berlangsung secara berkesinambungan dalam lingkungan yang berbeda dengan pola dan pendekatan yang tidak sama. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan bukan mengambil peranan dan fungsi orang tua dalam mendidik anaknya dalam lingkungan keluarga, tetapi sekolah bersama-sama dengan orang tua membantu mendidik anak-anaknya. Keluarga menyerahkan sebagian wewenang dan tanggung jawabnya kepada sekolah, kepada guru yang telah mempunyai tugas khusus untuk itu sesuai dengan kemampuan masing-masing.
       Peranan dan fungsi sekolah yang pertama ialah membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya melalui wewenang hukum yang dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yang dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga yang berbeda.
       Ini berarti bahwa selama dalam keeluarga anak-anak mendapat pendidikan informal dengan kurang terikat kepada tata aturan tertentu, maka setelah mereka datang kesekolah, kepada mereka diperkenalkan tata krama, peraturan dan disiplin sekolah.
      Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yangh sangat berarti dlam diri anak, apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua ilmu pengetahuan, sikap, ketrampilan maupun performans dapat dikembangkan oleh sekolah ataupun dalam keluarga.
      Karena ketrbatasan dana dan kelengkapan lembaga tersebut. Kekurangan yang dirasakan akan dapat diisi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi anak didik atau individual secara utuh dan terpadu. Pendidikan dalam masyarakat akan berfungsi sebagai:
a) Pelengkap (complement)
b) Pengganti (substitute)
c) Tambahan (supplement) terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang lain.

       Dalam masyarakat akan dapat dikembangkan bermacam-macam aktivitas yang bersifat pendidikan oleh bermacam-macam instansi maupun jabatan dan lembaga pendidikan maupun nonpendidikan.
       Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap perkembangan kepribadian individu secara individual maupoun kelompok ialah kegiatan pendidikan yang berorienytasi melengkapi kemampuan, ketrampilan, kognitif maupun performans seseorang. Sebagai akibat belum mantapnya apa yang telah mereka terima pada sekolah atau dalam keluarga.
       Menurut Purwanto (1990), kegiatan semacam ini mencakup :
1. Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain.
2. Pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota masyarakat.
3. Pembinaan ketrampilan dan kecakapan khusus belum didapat di sekolah.

       Bentuk-bentuk pendidikan dalam masyarakat ini antara lain apa yang telah dilakukan oleh organisasi pemuda dan kepramukaan atau organisasi sosial lainnya, seperti yang pernah dilakukan oleh pramuka dalam Jambore atau Raimuna atau perkemahan pada tingkat Propinsi, Kabupaten atau kecamatan. Disamping itu apa yang dilakukan dalam organisasi sosial lainnya, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dengan desa pemudanya, atau pembinaan pemuda melalui sanggar pemuda atau pembinaan pemuda dengan pertukaran pemuda antar propinsi dan antarnegara dan sebagainya.
       Tidak dapat pula diabaikan keikutsertaan organisasi sosial lainnya dalam menyediakan lingkungan pendidikan ini, seperti perkumpulan-perkumpulan olah raga dan kesenian.
       Lingkungan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, hanya menyediakan pendidikan bukan sekedar tambahan atau pelenghkap, tetapi adalah mengadakan pendidikan yang berfungsi sama dengan lembaga pendidikan formal di sekolah. Hal ini dilaksanakan karena keterbatasan kemampuan lingkungan sekolah sehingga tidak mampu melayani semua lapisan dan semua anggota masyarakat yang ada. Seperti kursus Pengetahuan Dasar, kursus PKK atau kursus ketrampilan.
       Lingkungan masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan (suplemen) di sekolah-sekolah teknik murid-murid telah mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang penggunaan mesin bubut, tetapi karena jumlah jam yang terbatas, sehingga semua siswa tidak dapat mendalaminya. Untuk memantapkan hal itu, maka diadakan kursus di luar program pendidikan formal yang telah ada. Hal yang sama sering juga dilakukan dalam rangka persiapan untuk memasuki perguruan tinggi, seperti bimbingan tes dan sebagainya. Dengan demikian bentuk dan jenis lingkungan menentukan dan memberi pengaruh terhadap pembentukan pribadi tiap individu dalam masyarakat, dengan mengingat ketiga fungsi tersebut.

3) Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk :
a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah
b) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
c) Mempelancar proses belajar-mengajar
d) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan hubungan hubungan dengan sekolah adalah a) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual
b) Memperoleh bantuan sekolah dalam memevahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat
c) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat
d) Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.

Secara lebih kongkrit, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah :
Mendapatkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
a. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun financial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.
c. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
d. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak.

Beberapa tujuan diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu :
a) Untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.
Makin majunya konsep pendidikan menunjukkan kepada para pengajar agar pendidikan tidak lagi berpusat pada buku melainkan pada kebutuhan kehidupan didalam masyarakat.
Konsep pendidikan yang demikian mengandung implikasi-implikasi yang berhubungan dengan masyarakat, seperti antara lain :

1) Personal sekolah, terutama guru-guru, perlu mengetahui benar-benar kondisi-kondisi masyarakat lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi program pendidikan seperti lingkungan alam tempat anak itu hidup, macam-macam masalah pendidikan yang timbul di dalam masyarakat itu, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat, keadaan penghidupan dan ekonomi mereka, kesempatan dan sarana rekreasi bagi anak-anak.

2) Kepala sekolah dan guru-guru hendaknya selalu berusaha untuk dapat bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat yang diperlukan untuk memperkaya program sekolah. Dengan memandang masyarakat itu sebagai laboratorium untuk belajar, berarti penting bagi guru-guru untuk mengetahui fasilitas-fasilitas apa yang tersedia di dalam masyarakat yang diperlukan dalam belajar, seperti minat masyarakat dalam industri, pertanian, perikanan dan dalam bidang lainnya. Semua itu merupakan factor-faktor masyarakat yang sangat pentingdiketahui dalam hubungannya dengan program belajar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.

3) Sekolah hendaknya dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi dan instasi-instasi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak. Misalnya lembaga-lembaga keagamaan, organisasi kepramukaan, kesenian, lembaga kesehatan, perkumpulan-perkumpulan olahraga, kerja sama dengan kepolisian. Semua itu dapat membantu pendidikan anak-anak, baik pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah.

4) Guru-guru hendaknya selalu mengikuti perkembangan masyarakat dan selalu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat yang dapat dimasukkan ke dalam rencana perkembangan pendidikan. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa bahan pengajaran yang diberikan kepada murid-murid bukanlah bahan pengajaran yang statis dan using, melainkan bahan yang fungsionak dan akurat bagi kebutuhan murid itu sekarang dan kehidupan masa dating.
Mengikutsertakan masyarakat dalam merencanakan kebijakan dan program sekolah adalah penting bagi perkembangan pendidikan dan berarti pula menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan pada umunya.

b) Untuk mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan masyarakat. 
Di dalam masyarakat yang demikratis, sekolah seharusnya menjadikan dirinya sebgai pelopor dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan masyarakat di dalam bidang-bidang kehidupan ekonomi, kebudayaan, teknologi, dan sebagainya, ke tingkat yang lebih tinggi.
Jadi, dalam hal ini, bukan sekolah yang harus mengekor secara pasif kepada perkembangan masyarakat, tetapi sebaliknya sekolahlah yang justru harus memelopori bagaimana dan kemana masyarakat itu harus berkembang.

c) Untuk mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam membantu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
      Hal yang penting adalah menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab pendidikan anak-anak adalah juga tugas dan tanggung jawab masyarakat di samping sekolah dan pendidikan. Sekolah itu hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat sekitarnya.
Sesuai dengan azaz pendidikan seumur hidup, sekolah itu hendaknya mempunyai dwifungsi : mampu memberikan pendidikan formal dan juga informal, baik untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa baik pria maupun wanita.
      Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa tujuan hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain : 1. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik 2. Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus menjadi desakan yang dirasakan saat kini 3. Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

4) Jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat
        Menurut Arikunto (1988), apabila sekolah dipandang sebagai suatu organisasi sosial maka organisasi tersebut mempunyai lingkungan di mana ia memperoleh pengaruh dan membutuhkan hubungan.
a. Humas internal adalah hubungan masyarakat yang di jalin oleh dan di antara unsur-unsur yang ada di dalam sekolah. b. Humas eksternal adalah humas yang di jalin oleh dan diantara sekolah dengan lembaga negri, lembaga swasta dan perseorangan di luar organisasi sekolah yang bersangkutan.

Menurut Purwanto (1990) ada tiga jenis hubungan antara sekolah dan masyarakat, yaitu :
a. Hubungan edukatif
     Hubungan edukatif adalah hubungan kerjasama dalam hal mendidik murid antara guru dan orang tua. Hubungan ini mempunyai maksud agar tidak terjadi perbedaan prinsip yang dapat mengakibatkan keragua-raguan dalam kepribadian dan sikap seorang anak.
     Hubungan kerjasama yang lainnya adalah dengan berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Cara kerjasama itu dapat direalisasikan dengan pertemuan rutin orangtua murid ke sekolah demi membahas masalah murid yang ada.
     Dengan adanya hubungan ini, diharapkan pihak sekolah dan orangtua murid dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan mutu pendidikan bagi murid sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik.
b. Hubungan Kultural
     Hubungan Kultural adalah usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
Sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju-mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian, dan adat-istiadat. Dan kemudian sekolah juga seharusnya dapat dijadikan titik pusat dan sumber tempat terpancarnya norma-norma kehidupan yang baik bagi kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju.
     Jadi, bukanlah sebaliknya sekolah hanya mengintroduksikan apa yang hidup dan berkembang di masyarakat.
     Untuk itu diperlukan adanya hubungan yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dari perkembangan masyarakat. Untuk menjalankan hubungan kerja sama ini, sekolah harus mengerahkan murid-muridnya untuk membantu kegiatan-kegiatan sosial yang diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan sosial ini berarti mendidik anak-anak berpartisipasi dan turut bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

c. Hubungan institusional
     Hubungan Institusional adalah hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instasi-instasi resmi lain, baik swasta maupun pemerintahan, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pemerintahan, perikanan dan peternakan, dengan perusahaan-perusahaan Negara atau swasta, yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
     Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan, jabatan, status sosial, dan bermacam-macam pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama itu. Dengan adanya hubungan ini, sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga lain.

5) Pengelolaan Hubungan Sekolah Dan Masyarakat
        Pendidikan (sekolah) dan kehidupan masyarakat amat saling pengaruh-mempengaruhi dengan bermacam-macam cara
a. Pendidikan dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, antara lain keadaan sosial ekonominya: faktor kesenjangan sosial ekonomi akan mempengaruhi strategi dalam perencanaan pendidikan.
b. Pendidikan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat dengan memberikan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pendidikan akal, budi pekerti dan kerohanian kepada anak didik atau generasi muda yang langsung atau tidak langsung menentukan jenis pekerjaannya di kemudian hari: profesinya akan menempatkan dia pada tingkat sosial ekonomi tertentu dan mempengaruhi perkembangan seterusnya.

       Di negara-negara sedang berkembang, program-program pembangunan termasuk perogram pendidikan diarahkan kepada perbaikan mutu hidup. Pemerintah dan masyarakat percaya bahwa hanya dengan pendidikanlah negara akan mencapai kemajuan-kemajuan. Dengan pndidikan dapat dihasilkan bentuk kehidupan masyarakat yang lebih baik karena dilengkapi dengan ahli-ahli dari berbagai bidang seperti industri dan teknologi, kesehatan, pertanian, keuangan, manajemen dan ahli pendidikan.
      Kegiatan pendidikan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia dan pembangunan seluruh masyarakat yang maju dan berkepribadian. Karena itu pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tidak berdiri sendiri sebab pendidikan adalah suatu institusi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu kejadian-kejadian atau masalah-masalah yang terjadi di masyarakat dengan sendirinya pula, sedikit atau banyak akan berpengaruh terhadap pendidikan.
      Demikian juga sebaliknya setiap perubahan suatu rencana dengan sendirinya akan memperlihatkan pengaruh dalam masyarakat walaupun mungkin menunggu dalam jangka tertentu. Sebagai contoh sederhana pembangunan gedung sekolah dasar (SD) yang bagus disuatu desa dan dilengkapi dengan fasilitas yang sesuatu dengan standar serta dibarengi dengan guru yang pandai mengajar dengan sendirinya akan meningkatkan keinginan anak-anak untuk bersekolah dan keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
     Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi dalam perencanaan pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap masyarakat atau sistem sosial. Hal ini dikarenakan pendidikan berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi bahakan saling bergantung.
      Karena itu seorang pereencana pendidikan perlu mengetahui aspek-aspek sosial dan ekonomi yang mempunyai hubungan dan peran dalam pertumbuhan dan perubahan pendidikan. Dan perlu di sadari bahwa masing-masing aspek memberikan pengaruh yang berbeda-beda kepada perencanaan pendidikan.


Daftar Pustaka 

1. Purwanto, M. Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
2. Sukmana, Nana Syaodah. 1988. Prinsip Dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
 3. Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
4. Vembriarto, ST. 1985. Pengantar Perencanaan Pendidikan. Jogyakarta: Yayasan pendidikan “Paramita”.
5. Pribadi, Sikun. 1987. Mutiara Mutiara Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 6. Ihsan, Fuad. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
 7. Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
 8. MA, Siswanto. 1989. Kurikulum Pendidikan Teknik. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
9. Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung : Penertbit Alfabeta.



26.01.2013

3 comments: